Berita-rakyat sebelumnya memberitakan viralnya video Gus Miftah mengejek Yati Pesek, seniman legendaris yang dikenal lewat kesenian tobong. Pernyataan Gus Miftah yang dinilai menghina penampilan fisik Yati menimbulka gelombang kecaman di media sosial. "Saya bersyukur Bude Yati ini jelek dan milih jadi sinden," kata Gus Miftah dalam bahasa Jawa, menambahkan komentar pedas lainnya. Namun, siapakah sebenarnya sosok Yati Pesek ini?

Baca Juga
Berdasarkan tesis Pujiyani dari Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta berjudul "Yati Pesek Seniman Serba Bisa dalam Seni Pertunjukan Populer", terungkap profil Yati Pesek yang lebih dari sekadar objek ejekan. Suyati, nama asli Yati Pesek, lahir di Yogyakarta pada 8 Agustus 1952. Darah seni mengalir deras dalam dirinya, warisan dari orang tuanya, Sujito (pengrawit dan pemain wayang orang) dan Sujilah (penari dan pemain wayang orang). Sejak kecil, ia dididik ibunya dalam dunia tari.
Bakatnya diasah lebih lanjut melalui pembelajaran privat bersama R.M. Joko Daulat, guru tari dari Konservatori Karawitan Surakarta, dan pelatihan kelompok bersama Basuki Koeswaraga. Nama Yati Pesek mulai dikenal luas pada tahun 1980, saat ia bergabung dalam Sandiwara Jenaka KR di TVRI Yogyakarta, membintangi program tersebut selama sepuluh tahun. Popularitasnya semakin menanjak berkat kolaborasi dengan Sumarwoto dan Daryadi dalam acara Trio Jenaka KR.

Kemampuan aktingnya yang mumpuni menarik perhatian para sineas. Ia membintangi film "Serangan Fajar" (sutradara Arifin C. Noer, 1982), sinetron "Kiprah" dan "Anak Dalang" (TVRI Jakarta, 1984, sutradara R. Suprantio), serta film "Langitku Rumahku" (sutradara Slamet Raharjo, 1984). Kisah Yati Pesek membuktikan bahwa bakat dan dedikasi mampu melampaui cibiran, menjadikan namanya abadi dalam sejarah seni pertunjukan Indonesia.
Tinggalkan komentar